Jakarta -- Gubernur
Jawa Barat Ridwan Kamil menjadi salah satu pembicara pada diskusi 10 tahun
Forum Pemred dengan tema Memajukan Pers Menyatukan Bangsa, di Hotel Raffless
Jakarta, Jumat (5/8/2022).
Kang Emil, sapaan
akrab Ridwan Kamil dalam pandangannya menilai, pemimpin redaksi memiliki
kekuatan besar dalam mempengaruhi opini.
Oleh karena itu ia berharap agar media mengedepankan narasi-narasi yang
mempersatukan dan mengurangi politik identitas yang tidak perlu.
"Saya titip ke
depan narasi-narasi yang mempersatukan, kurangi politik identitas dan hal-hal
yang dapat merusak NKRI," kata Kang Emil.
Dengan narasi
positif, lanjut Kang Emil, Indonesia bisa terus kondusif tanpa diganggu oleh
berita-berita yang sifatnya meresahkan, serta tidak memberikan panggung kepada
hal-hal yang tidak menginspirasi. "Kita
tentu ingin kondusif, damai, bisa konser lagi, pariwisata maju, dan
lainnya," harapnya.
Terciptanya
kondusivitas tersebut juga menjadi satu syarat Indonesia bisa menjadi negara
adidaya pada 2045. Pasalnya, bangsa ini kalau terus bertengkar tidak akan
mempunyai waktu untuk berkembang dan produktif.
"Apa mimpi di
masa depan? Semua orang berbicara tentang 2045, saya setuju tapi syaratnya
jangan bertengkar karena akhirnya tidak punya waktu untuk berkembang dan
produktif," paparnya.
Selain Kang Emil,
diskusi Forum Pemred juga dihadiri Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti
Yudhoyono, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Menko Perekonomian Airlangga
Hartanto, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, dan Gubernur DKI
Jakarta Anies Baswedan.
Di sela acara, turut ditayangkan pesan dari Presiden RI Jokowi untuk peringatan 10 tahun Forum Pemred. "Selamat ulang tahun ke-10 Forum Pemred Indonesia, teruslah menunjukan komitmennya dalam menjaga kebebasan pers," kata Presiden.
Jokowi mengajak
insan pers untuk terus menghadirkan pemberitaan berdasarkan karya jurnalistik
berkualitas, memerangi hoaks dan fitnah yang dapat memecah belah bangsa. "Saya mengajak untuk terus menjaga hak
masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar," ujar Presiden. (ris)