Jakarta – Presiden
Republik Indonesia, Joko Widodo meminta pemimpin negara segera mencari solusi
konkret atas ancaman krisis pangan dunia.
Dalam kegiatan KTT
BRICS High Level Dialogue on Global
Development di Jerman, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo meminta pemimpin
negara yang tergabung dalam G7 maupun G20 harus segera mencari solusi konkret
atas ancaman krisis pangan dunia.
Menteri Luar Negeri
(Menlu) Retno Marsudi mengungkapkan bahwa Presiden Jokowi berharap rantai pasok
pangan dan pupuk dunia harus berjalan normal. Hal itu untuk menghindari ancaman
krisis pangan dunia akibat perang antara Ukraina dan Rusia.
“Bapak Presiden
menekankan perlu tindakan yang cepat untuk mencari solusi konkret. Produksi
pangan harus ditingkatkan, rantai pasok pangan dan pupuk global harus kembali
normal,” demikian ungkap Retno dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden.
Ancaman krisis
pangan tidak terlepas dari dampak perang antara Rusia dengan Ukraina yang
merupakan produsen dan eksportir komoditas utama dunia dan pupuk. Perang telah
membuat produksi dan distribusi berbagai komoditas pangan dan pupuk terganggu.
Selain itu, banyak negara yang melakukan embargo terhadap produk Rusia sebagai
bentuk sanksi atas perang yang terjadi sampai saat ini.
Upaya pemerintah
dalam mengatasi tantangan di sektor pangan nasional salah satunya adalah dengan
melakukan kebijakan redistribusi pupuk bersubsidi sesuai dengan hasil rekomendasi
panja Komisi IV DPR. Di mana, subsidi pupuk akan difokuskan kepada jenis Urea
dan NPK yang selama ini banyak digunakan para petani tanah air.
Adapun ancaman
krisis pangan yang dimaksud, dikatakan Retno adalah berdasarkan data World Food
Program yang menyatakan terdapat 323 juta orang di negara berkembang menghadapi
kerawanan pangan akut pada tahun 2022. Dari data tersebut, perempuan dan
keluarga miskin menjadi yang paling terkena dampak, sehingga jika itu terjadi
maka menjadi hak asasi manusia (HAM).
Dikatakan Retno,
Presiden Jokowi menyampaikan pentingnya dukungan negara G20 untuk
mereintegrasikan ekspor gandum dari Ukraina, serta ekspor komoditi pangan dan
pupuk dari Rusia ke dalam rantai pasok global dan tidak mengenakan sanksi
terhadap komoditi pangan dan pupuk yang berasal dari dua negara yang sedang
berkonflik ini.
Kendati demikian,
Retno mengungkapkan bahwa Presiden Jokowi meminta rantai pasok pangan dan pupuk
dunia harus kembali normal harus dikomunikasikan secara intensif kepada
pihak-pihak terkait mulai dari perbankan, asuransi, perkapalan, dan lainnya.
“Bapak Presiden
dalam pernyataannya juga menyatakan bahwa dampak perang terhadap rantai pasok
pangan dan pupuk sangatlah nyata. Khusus untuk pupuk, jika gagal menanganinya
maka krisis beras yang menyangkut 2 miliar manusia terutama di negara
berkembang dapat terjadi. Dan di akhir sambutannya, Bapak Presiden menegaskan
bahwa G7 dan G20 memiliki tanggung jawab besar untuk mengatasi krisis pangan
ini mulai sekarang,” ungkap Retno. (van)