Harga Melonjak, Petani Garam Justru Tidak Menikmati

 



Indramayu – Harga garam di tingkat petani melonjak. Sayangnya, petani garam di pantura Jawa Barat (Jabar) justru tidak bisa menikmatinya.

 

Seorang petani garam asal Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Robedi, menjelaskan jika saat ini harga garam sudah mencapai Rp 1.200 per kilogram. Harga tersebut menurut Robedi cukup tinggi. “Tapi petani garam justru tidak bisa menikmatinya,” tutur Robedi, Senin, 13 Juni 2022.

 

Ini dikarenakan petani garam sudah tidak lagi memiliki stok. Menurut Robedi, tahun lalu masa produksi garam sangat singkat yaitu hanya sekitar dua bulan. Singkatnya musim kemarau menjadi penyebab singkatnya produksi garam tahun lalu. Produksi garam itu pun sudah dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup.

 

Saat ini, lanjut Robedi, petani garam belum memulai mengolah lahan untuk memproduksi garam. Hujan yang masih sering turun menyebabkan produksi garam belum bisa dilakukan. “Rencannya Juli mulai melakukan produksi garam,” tutur Robedi.

 

Sementara itu Ketua Asosiasi Petani Garam (Apgasi) Jawa Barat, M. Taufik, menjelaskan dalam kondisi normal masa penggarapan tambak garam dimulai pertengahan Juni hingga November. Namun hingga kini hujan masih sering turun sehingga penggarapan tambak garam belum bisa dimulai. Bahkan Taufik mengaku khawatir dengan prakiraan BMKG yang tahun ini merupakan kemarau basah. “Masa penggarapan tambak akan sangat terdampak,” tuturnya.

 

Proses penggarapan lahan tambak yang belum dimulai dibarengi dengan minimnya stok garam di tingkat petani garam menyebabkan tingginya harga garam. Saat ini, harga garam mencapai Rp 1.200 per kilogram. Sekalipun harga tinggi, petani garam justru tidak menikmatinya. “Stok mereka sudah habis,” tutur  Taufik.

 

Sedangkan forecaster pada BMKG Stasiun Kertajati, Ahmad Faa Izyn menjelaskan sejak akhir Mei lalu terjadi perubahan dinamika cuaca. Yaitu berupa suhu laut di perairan Jawa yang masih hangat. Fenomena La Nina juga masih terjadi yang menyebabkan suplai penguapan dan massa udara menjadi lebih banyak. Sehingga potensi awan-awan hujan juga banyak terbentuk. “Maka sampai saat ini masih cukup sering terjadi hujan,” tutur Ahmad.

 

Untuk tahun 2022 ini musim kemaraunya disebut juga kemarau di atas normal karena jumlah curah hujannya di atas normal dari rata-ratanya. “Biasanya disebut masyarakat kemarau basah,” tuturnya. (van)


Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama